Resensi Buku Travel Young karya Alanda Kariza

Buku ini berisi tentang kumpulan cerita dari perjalanan penulis, dan pelajaran yang bisa ia ambil dari tiap perjalanan tersebut. berikut akan saya ceritakan kisah dari tiap chapter dari buku ini.

Di chapter pertama, penulis menceritakan tentang kali pertama ia melakukan perjalanan yang jauh sendirian. Di saat itu, ada beberapa ketakutan yang penulis rasakan. Pertama, ketakutan akan ketinggian yang mempengaruhinya untuk merasa takut dalam menaiki pesawat, dan kedua adalah ketakutan bahwa orangtuanya tidak akan mengizinkannya untuk melakukan perjalanan tersebut. Untuk ketakutan pertama, penulis mengatasinya dengan meyakinkan diri sendiri dan memberanikan diri sendiri. sementara untuk ketakutan kedua, penulis berusaha untuk menemukan jalan tengah sebagai jawaban dari kekhawatiran kedua orangtuanya. Hal yang pertama kali kita lakukan memang kadang rasanya menakutkan. Tapi selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu, jadi ketakutan itu harus dihadapi. Kalau tidak, kita tidak akan maju-maju.

Pada chapter kedua, penulis menceritakan tentang keberanian untuk berbicara. Bahkan jika itu merupakan bagian dari trauma kita. Penulis bercermin dari pengalamannya yang ragu untuk bercerita tentang kasus yang ia alami. Namun ternyata setelah menceritakan kisah tersebut, penulis bisa melihat bahwa kisah tersebut memberi dampak positif pada orang lain. Karena itu, kita pun harus berani mengungkapkan pendapat, apalagi jika kita tahu pendapat kita mungkin bisa bermanfaat atau menginspirasi orang lain.

Kemudian di chapter selanjutnya, penulis bercerita tentang ia yang mengambil resiko. Pengambilan resiko itu ada yang hasilnya baik, tetapi ada pula yang hasilnya buruk. Dari hal-hal tersebut, penulis mengambil pelajaran bahwa tiap keputusan pasti memiliki resiko. Karena itu apapun resikonya, hadapi saja. Bahkan resiko buruk pun bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk kejadian yang serupa di masa depan. Kalau sebelum mengambil keputusan sudah berpikir kemungkinan-kemungkinan buruk, mungkin kita tidak akan bisa mengubah nasib kita.

Chapter selanjutnya menceritakan tentang pengalaman penulis ditertawakan oleh para petinggi saat pidato. Kala itu, penulis memilih untuk ikut tertawa bersama mereka, walaupun tidak tahu apa yang mereka tertawakan. Setelah acara usai, penulis baru tahu bahwa ia ditertawakan bukan karena pidatonya jelek, justru para petinggi tersebut tertawa karena kagum dengan keberanian penulis. Dari hal tersebut, penulis belajar bahwa ikut menertawai diri sendiri (dan bukannya cepat tersinggung) justru membuat perasaan kita lebih baik. Karena jika tidak, kita justru bisa merusak suasana. Orang yang bisa menertawakan diri sendiri itu cenderung rendah hati, ceria, dan memiliki mood yang baik.

Di chapter kelima, penulis menceritakan tentang kisahnya berkunjung ke kota Nice di Prancis. Dari perjalanan tersebut, penulis mengambil pelajaran bahwa cinta itu hampir serupa dengan perjalanan. Tempat yang pernah kita kunjungi seorang diri, pasti ada bedanya jika kita mengunjungi tempat itu dengan orang lain. Begitu pula dengan jatuh cinta. Mungkin kita pernah beberapa kali jatuh cinta. Namun tiap kali jatuh cinta lagi dengan orang baru, pasti akan ada rasa yang berbeda.

Pada chapter selanjutnya, penulis menceritakan kisahnya pada saat pergi ke Doha, Qatar. Saat itu koper berisi baju-baju penulis tertinggal di Indonesia, sehingga ia pun menggunakan kekuatan Twitter untuk mencari orang yang bisa membantunya. Akhirnya, ia bertemu orang asal Indonesia yang bersedia untuk meminjamkannya baju. Sebagai gantinya, orang tersebut mengundang penulis ke acara yang dibuatnya tentang sharing kepenulisan. Dari perjalanan tersebut, penulis mengambil pelajaran bahwa ada saat-saat bahwa kita harus bergantung pada diri kita sendiri (dalam hal ini, penulis merasa menyesal bergantung pada orang lain saat pergi ke bandara. Karena hal tersebut membuat koper berisi bajunya tertinggal). Tapi ada saatnya juga kita butuh orang lain, sama seperti orang lain membutuhkan kita.

Chapter selanjutnya menceritakan tentang kekecewaan penulis yang tidak terpilih menjadi duta Indonesia yang berbicara di panggung One Young World. Setelah itu, penulis bertemu dengan seseorang yang terlihat biasa saja, tidak standout, tapi ternyata merupakan lulusan S3 dari Harvard, MIT, dan Stanford. Dari pengalaman tersebut, penulis mengambil pelajaran bahwa kita harus sadar bahwa kita bukanlah center of the world. Seharusnya kita fokus dalam berkarya bukan untuk diketahui orang lain, tapi unutk memberikan manfaat bagi orang lain karena the work will speak for itself.

Chapter terakhir menceritakan tentang penulis yang melihat bagaimana anak-anak yang sangat sederhana dalam berpikir, bisa menikmati hidup. Dari hal-hal kecil tersebut, penulis belajar bahwa sebenarnya walaupun kita menjadi dewasa, sifat kanak-kanak dalam diri kita itu masih ada. Dan penulis merasa bahwa kita harus melestarikan itu. Karena justru sifat “kanak-kanak” itu lah yang bisa membantu kita tetap tenang dalam menghadapi berbagai macam persoalan.

Menurut saya, buku ini adalah buku yang cukup menarik. Tidak hanya menceritakan tentang kisah perjalanannya, penulis juga menceritakan hikmah atau pelajaran yang ia petik dari tiap perjalanan. Hikmah tersebut ternyata bisa menjadi inspirasi dan penyemangat bagi para pembacanya, terasuk saya. Selain itu, penulis juga memberikan beberapa tips menarik dan bermanfaat dalam hal traveling seperti cara mengatur akomodasi, mengusir bosan di penerbangan panjang, kuliner, dan barang-barang yang wajib dibawa saat traveling.

Namun, saya rasa ada beberapa cerita yang alurnya kurang enak dibaca dan cenderung membingungkan. Misalnya kisah yang di London, April 2009. Di bagian awal penulis sudah cerita lumayan banyak soal dateng ke KBRI, tapi habis itu dipotong dengan cerita alasan dia bisa ke London. Hal yang menjadi masalah adalah ceritanya itu cukup panjang sampai bikin orang yang baca jadi "lupa" dengan inti awal ceritanya. Sebenarnya memang itu gaya menulis dari penulis ini. Di banyak cerita di buku ini, saya rasa penempatannya cukup tepat, tidak terlalu panjang. Tapi di satu cerita itu, saya rasa penempatannya kurang tepat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuda-kuda dalam Taekwondo

kenapa namanya ganesha operation ?

Lepas Hijab Demi Taat Aturan