Lepas Hijab Demi Taat Aturan

 Pakaian gadis itu tak berbeda dengan anak kuliahan pada umumnya. Kaos panjang bergaris, dipadukan dengan rok panjang berwarna gelap. Dihiasi dengan kerudung segitiga yang disampirkan ke bahu. Namun setelah memasuki ruang ganti, penampilannya berubah drastis.

Gadis itu menguncir rambut panjangnya. Dengan baju dan celana pendeknya, ia mulai melakukan peregangan. Setelah dirasa cukup nyaman untuk bergerak, ia pun mulai melakukan pemanasan dengan seorang rekannya. Mulai dari melompat dua kaki, hingga berputar di udara. Pemanasan selanjutnya, dibantu dengan sebuah alat; latex flexiband atau karet elastis. Dengan karet terikat di kakinya, gadis itu mengayun kakinya ke kanan, kiri, depan, dan belakang, dalam posisi duduk.

Satu jam telah bergullir. Tibalah waktunya untuk masuk ke latihan inti. Latihan ia lanjutkan dengan menggunakan alat, sebuah balok panjang. Ia melompat di atas balok tersebut. Di udara, kedua kakinya membuka hingga membentuk garis lurus. Kemudian menutup kembali dengan cepat dan segera mendarat di balok panjang tersebut. Gerakan diakhiri dengan sempurna seiring dengan pijakan kaki yang kokoh di atas balok.

Setelah mengulang gerakan yang sama berkali-kali, ia berhenti. Berjalan menuju lapang biru, ia melakukan pendinginan bersama rekannya yang berlatih di alat berbeda. Setelah melemaskan otot dan berdoa usai latihan, ia berjalan menuju ruang ganti wanita. Kemudian keluar dengan pakaian yang sama dengan sebelumnya: kemeja lengan panjang, dipadukan dengan celana panjang dan kerudung segitiga.

Screenshot (55)

Irene Cahya Anggraeny, atlet senam Jawa Barat melakukan latihan di Gymnasium Arcamanik Bandung. Irene terpaksa membuka hijabnya saat berlatih dan bertanding karena tidak diperbolehkan oleh aturan FIG. (foto: Muttaqoh)

Dia adalah Irene Cahya Angraeni, seorang atlet senam asal Kabupaten Bandung yang sempat memperkuat tim Jawa Barat di PON XIX 2016. Gadis berhijab ini, terpaksa harus membuka hijabnya saat berlatih dan bertanding senam. Itu karena dalam senam, terdapat aturan bahwa seluruh anggota tubuh pesenam wanita harus terlihat bentuknya.

“Sekarang memang bajunya boleh panjang, boleh sampai kaki bagian bawah. Tapi harus ketat mengikuti lekukan tubuh. Itu karena dalam penilaian senam, ada koreografi yang dinilai dengan melihat lekukan tubuh. Optimalisasi gerakan dan bentuk gerakannya harus terlihat,” jelas Etor Suwandar, penasihat Pengurus Provinsi Persatuan Senam Indonesia (Persani) Jawa Barat. Etor menambahkan bahwa kepala termasuk dalam bagian yang harus terlihat. Karena dalam senam, terdapat pula beberapa gerakan tangan.

Irene mulai mengenal olahraga senam sejak usia 6 tahun. Sejak saat itu, ia jatuh cinta pada senam dan terus menggeluti olahraga ini sebagai atlet. Membuktikan keseriusannya, Irene masuk ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga (PPLP) Jawa Barat pada kelas 5 SD. Sejak itu, ia terus mengikuti berbagai kejuaraan senam, mulai dari skala daerah hingga nasional.

Salah satu pertandingan terbaiknya adalah PON XIX 2016. Pertandingan itu pula yang menjadi titik baliknya untuk berhijrah menggunakan hijab.  Keputusannya tersebut pun kemudian menuai kontroversi. Wajar saja, dalam olahraga senam, menggunakan hijab sama saja dengan mengakhiri karir sebagai atlet. Namun, Irene memang merasa sudah cukup menjadi atlet.

“Jadi, sebenarnya aku nazar kalau setelah PON aku mau pakai kerudung. Karena setelah PON aku pengen pensiun, terus jadi juri. Jadi habis PON aku belajar jadi juri dan pakai kerudung,” ujar gadis kelahiran 1996 itu.

IMG_7207

Irene (kedua dari kanan) menunjukkan medali perunggu yang ia raih di PON XIX 2016. Setelah kejuaraan tersebut, Irene memutuskan untuk berhijrah menggunakan hijab. (foto : Dokumen Irene)

Tetapi, pengurus cabang Kabupaten Bandung tidak berpikiran serupa dengan Irene. Mereka masih berharap Irene dapat mewakili Kabupaten Bandung dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat Oktober mendatang. Itu karena menurut mereka, Irene dan timnya memiliki peluang untuk meraih medali emas. Hal tersebut sontak membuat Irene bingung. Ia memikirkan cara untuk tetap mempertahankan hijab dan karirnya sebagai atlet senam.

Awalnya, Irene masih mencoba untuk memakai hijab saat pemanasan. Ia baru melepas hijabnya saat memasuki latihan alat. Namun ternyata, kerudung yang ia pakai justru menghambat gerakannya. Beberapa kali kerudungnya tersangkut saat ia melakukan gerakan-gerakan tertentu. Akibatnya, Irene pun memutuskan untuk lepas-pakai hijab. Ia memakai hijab sebelum tanding, melepasnya saat tanding atau latihan, dan mengenakannya kembali usai tanding atau latihan.

Bagi para rekan satu timnya di senam, hal tersebut adalah hal yang bisa dimaklumi. Itu karena selain karena memang aturan pertandingan senam seperti itu, mereka juga mengerti bahwa penggunaan hijab dapat menghambat gerakan senam. Orangtua Irene pun sebenarnya mendukung keputusan Irene. Hanya saja, ibu Irene sempat berharap anaknya bisa menjadi pesenam pertama yang menggunakan hijab.

“Aku agak bingung pas disuruh tanding. Aku pikir, gimana dengan kerudungku? Tapi ya sudah, akhirnya kalau latihan dilepas. Sebenarnya mamah aku sempat meminta aku untuk mencoba jadi pesenam pertama yang pakai kerudung. Tapi, gimana? Latihan pakai kaos aja udah ribet,” kisah Irene.

Sementara itu, teman-teman Irene di kampus menyayangkan keputusan Irene untuk membuka hijabnya. Memang tidak ada yang berkomentar buruk di depan atau di belakangnya, tapi seringkali mereka mengingatkan Irene untuk tidak mengumbar auratnya di media sosial.

Sebenarnya jika Irene mau, ia bisa saja menggunakan baju selam yang menutupi kepala sampai telapak kaki. Hanya saja, Irene merasa baju tersebut malah lebih menyetak di badan. Irene akan lebih senang jika pakaian one way tersebut dilengkapi dengan rok, serta memiliki hiasan-hiasan seperti baju senam pada umumnya.

***

Sama seperti senam, renang pun tidak memperbolehkan para atlet wanita untuk mengenakan hijab. Penutup kepala yang diperbolehkan hanyalah penutup kepala yang tetap memperlihatkan telinga dan leher. Menurut Aa Herdiatna, Ketua Bidang Perlombaan Aquatik Jawa Barat, penutup kepala yang menutupi leher dapat berpengaruh terhadap laju renang atlet.

Salah satu atlet renang yang terkena dampak aturan tersebut adalah Adinda Larasati. Kini, ia sedang menapaki karirnya sebagai atlet di tim nasional renang. Prestasinya pun tidak tanggung-tanggung. Ia menjadi peraih medali emas terbanyak di Asian School Games (ASG) 2017 lalu, yaitu sembilan emas. Ia juga merupakan peraih medali emas di kelas 200 meter gaya kupu-kupu puteri pada PON XIX 2016.  

Berbeda dengan atlet-atlet renang yang lain, Adinda kerap menggunakan pakaian tertutup saat sedang di pinggir lapang. Ia menutupi baju renangnya dengan jaket, training, dan kerudung langsung. Ya, sama seperti Irene, gadis asal Jawa Timur ini juga harus melepas hijabnya kala latihan dan bertanding. Walau begitu, ia tetap menggunakan hijab saat pemanasan, setelah selesai bertanding, dan saat naik ke podium.

“Jadi aku pas pemanasan itu masih pakai hijab, pas mau nyebur baru lepas. Cuma pakai cap yang menutupi rambut saja,” Jelas Adinda.

Berbeda dengan Irene, Adinda sering mendengar banyak komentar negatif mengiringi langkahnya. Banyak orang yang berpendapat bahwa Adinda seharusnya melepas hijabnya, daripada harus terus lepas-pakai hijab.

Namun, Adinda  lebih memilih untuk tidak mendengarkan komentar-komentar miring tersebut. Ia tetap berlatih serta bertanding dengan kemampuan maksimalnya. Adinda menampik komentar-komentar pedas dengan memberikan prestasi terbaiknya untuk Indonesia. Ia tetap pada pendiriannya, bahwa renang dan menggunakan hijab adalah panggilan hatinya.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuda-kuda dalam Taekwondo

kenapa namanya ganesha operation ?