No Title III
Disini. Aku duduk sendiri.
Disini. Aku selalu sendiri.
Disini. Aku melihat orang-orang melewatiku,
...dan tak ada yang berhenti,
Bahkan hanya untuk tersenyum padaku.
Tiba-tiba. seseorang duduk di sampingku.
Ia merangkulku.
Ia menghiburku.
Ia menyemangatiku.
Tapi kemudian ia berdiri kembali.
Ia menatapku sesaat.
Ia berjalan menjauh.
Ia mulai berlari.
Ia berlari semakin cepat,
dan,
...ia hilang dari pandanganku.
Aku sakit.
Aku sedih.
Aku bingung.
Aku marah.
Aku kesal.
dan,
...aku kembali sendiri.
Kemudian seseorang yang lain datang menghampiriku.
Pelan ia mulai duduk di sampingku.
Pelan ia mulai merangkulku.
Pelan ia mulai menghiburku.
Pelan ia mulai menyemangatiku.
Tapi aku menghancurkannya.
Aku lepas rangkulannya.
Aku acuhkan semua kata-katanya.
Aku tidak mau melihatnya,
dan aku mengusirnya.
Dia pergi. Berjalan beberapa langkah. Menjauh.
Lalu kembali lagi padaku.
Lagi-lagi aku mengusirnya
Dan lagi-lagi dia tetap kembali.
Dan terus berulang.... Berulang kali...
Aku pun benar-benar mengusirnya...
"Pergi!! Dan jangan sekalipun menoleh ke belakang, apalagi kembali!"
Setelah terdiam sejenak, ia benar-benar pergi.
Pelan ia mulai berdiri.
Pelan ia mulai menatapku lembut.
dan pelan ia mulai berjalan menjauh.
Dia tidak berlari!
Dia berjalan dengan pelan!
Sesaat, aku berharap ia menoleh.
Sesaat, aku berharap ia berbalik.
Sesaat, aku berharap ia kembali.
Tapi dia benar-benar pergi.
Dia benar-benar hilang.
Dia benar-benar lenyap.
Tiba-tiba aku merasa bersalah.
Aku menyesal.
Aku ingin mengulangnya.
Aku ingin menahannya.
Aku ingin dapat kesempatan lagi.
Tapi mungkin tadi adalah kesempatan terakhirku,
...yang bodohnya aku siakan.
Mungkin itu orang terakhir yang datang padaku,
...yang bodohnya aku acuhkan.
Mungkin...?
Disini. Aku selalu sendiri.
Disini. Aku melihat orang-orang melewatiku,
...dan tak ada yang berhenti,
Bahkan hanya untuk tersenyum padaku.
Tiba-tiba. seseorang duduk di sampingku.
Ia merangkulku.
Ia menghiburku.
Ia menyemangatiku.
Tapi kemudian ia berdiri kembali.
Ia menatapku sesaat.
Ia berjalan menjauh.
Ia mulai berlari.
Ia berlari semakin cepat,
dan,
...ia hilang dari pandanganku.
Aku sakit.
Aku sedih.
Aku bingung.
Aku marah.
Aku kesal.
dan,
...aku kembali sendiri.
Kemudian seseorang yang lain datang menghampiriku.
Pelan ia mulai duduk di sampingku.
Pelan ia mulai merangkulku.
Pelan ia mulai menghiburku.
Pelan ia mulai menyemangatiku.
Tapi aku menghancurkannya.
Aku lepas rangkulannya.
Aku acuhkan semua kata-katanya.
Aku tidak mau melihatnya,
dan aku mengusirnya.
Dia pergi. Berjalan beberapa langkah. Menjauh.
Lalu kembali lagi padaku.
Lagi-lagi aku mengusirnya
Dan lagi-lagi dia tetap kembali.
Dan terus berulang.... Berulang kali...
Aku pun benar-benar mengusirnya...
"Pergi!! Dan jangan sekalipun menoleh ke belakang, apalagi kembali!"
Setelah terdiam sejenak, ia benar-benar pergi.
Pelan ia mulai berdiri.
Pelan ia mulai menatapku lembut.
dan pelan ia mulai berjalan menjauh.
Dia tidak berlari!
Dia berjalan dengan pelan!
Sesaat, aku berharap ia menoleh.
Sesaat, aku berharap ia berbalik.
Sesaat, aku berharap ia kembali.
Tapi dia benar-benar pergi.
Dia benar-benar hilang.
Dia benar-benar lenyap.
Tiba-tiba aku merasa bersalah.
Aku menyesal.
Aku ingin mengulangnya.
Aku ingin menahannya.
Aku ingin dapat kesempatan lagi.
Tapi mungkin tadi adalah kesempatan terakhirku,
...yang bodohnya aku siakan.
Mungkin itu orang terakhir yang datang padaku,
...yang bodohnya aku acuhkan.
Mungkin...?
Writing revised on April 9, 2020. Content is not edited
Komentar
Posting Komentar