Berlelah-lelah Dahulu, Berprestasi Kemudian

Kalian punya gak sih temen yang jarang sekolah tapi tetep bisa naik kelas? Biasanya ada dua tipe orang kaya gitu: orang yang males sekolah dan orang yang berprestasi.

Loh, kok berprestasi banyak bolosnya, sih? Iya, kan bolosnya bukan buat main-main, tapi buat ikut lomba. Itu yang namanya bolos produktif. Di antara orang yang berprestasi itu, ada para atlet yang nggak jarang tidur di kelas. Beberapa kalian mungkin sempat berpikir, enak banget ya jadi mereka. Jarang sekolah, jarang ikut ulangan, bahkan sekalinya sekolah malah tidur. Tetapi, tetap bisa dapat nilai dan naik kelas. Padahal, menjadi atlet sambil sekolah itu bukan hal yang mudah, lho! Buat kalian yang ingin menekuni bidang atlet sambil sekolah, atau kalian yang menganggap hidup sebagai atlet itu enak, ada baiknya kalian tau kesulitan apa yang dihadapi para atlet :

Latihan Capek

Latihan yang melelahkan biasanya menjadi alasan utama bagi seseorang untuk berhenti menjadi atlet. Tergantung timnya, jam latihan para atlet itu berbeda-beda. Ada yang shubuh, sore, dan malam.



Mari kita ambil contoh atlet Pemusatan Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Jawa Barat. Mereka latihan dari shubuh hingga pukul lima pagi, lalu berangkat ke sekolah pukul setengah enam. Walau terlihat fresh sesudah mandi, sesungguhnya masih ada sisa rasa capek dari latihan pagi tersebut.

Kemudian sepulang sekolah, mereka kembali latihan sampai maghrib. Bahkan kadang, ada tambahan latihan malam yang baru usai pukul 9 malam. Jadi, wajar saja kalau kalian lihat ada atlet yang tertidur di kelas. Latihannya melelahkan!

Pekerjaan Rumah

Setelah sekolah delapan jam, kalian para siswa tentu masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah. Nah untuk para atlet, mereka harus pintar-pintar mencari waktu untuk mengerjakan tugas, apalagi bila kejuaraan yang akan dihadapi sudah dekat. Jika latihan makin intensif, makin sulit juga mencari waktu untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah.

Ketinggalan Materi 

Sering meminta dispensasi untuk tidak masuk sekolah, akhirnya para atlet seringkali tertinggal materi pelajaran. Ketertinggalan tersebut biasanya dikejar dengan meminta catatan dari teman, atau bertanya langsung ke guru yang bersangkutan. Alhasil, para atlet harus belajar ekstra dibanding siswa lain.

Kehilangan Waktu Bermain

Agak susah nih, buat ngajak main para atlet. Alasannya pasti: “Yah, aku ada latihan” atau “Yah, tanggal segitu aku tanding”. Waktu yang tepat buat ngajak main para atlet, ya saat weekend saja. Itu pun kalau tidak ada pertandingan. Ya, kadang para atlet rela “mengorbankan” teman-teman sekolahnya demi olahraga yang digelutinya.


Sudahkah kalian terbayang, bagaimana sulitnya menjadi atlet sambil tetap sekolah? Walau sulit, semua kesulitan itu terbayar saat mereka mendapatkan prestasi dari bidang yang mereka tekuni. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, teman-teman, dan pihak sekolah. Jadi, hargai perjuangan mereka, ya. Setidaknya dengan tidak berasumsi buruk, dan tetap membantu para atlet tersebut sebagai teman (in a good way tentunya).

Tulisan ini dikirim ke Koran Tribun Jabar untuk mengisi Rubrik Milenial.
Tulisan ini dimuat di Koran Tribun Jabar pada 22 Januari 2018 dengan judul "Lelah Dahulu, Prestasi Kemudian".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuda-kuda dalam Taekwondo

kenapa namanya ganesha operation ?

Lepas Hijab Demi Taat Aturan